Indrawati adalah sosok wanita ndeso meskipun lama menetap di Surabaya. Tiap hari bergelut di pasar untuk kulakan barang untuk keperluan toko kelontongnya di kampung Simo Gunung.
Namun dia punya kelebihan. Suaranya merdu ketika menyanyi dangdut lengkap dengan cengkoknya. Dengan modal kegemaran berdangdut ria itulah dia ikut audisi acara Dangdut Mania Dadakan 2 yang digelar oleh TPI tiga tahun lalu. Ketika lolos di atas panggung dia punya nama beken artis ‘Super Emak’.
Dari situlah kemudian rezekinya mengalir deras. Kini Indrawati yang kelahiran Lamongan itu bukan lagi pedagang beras yang keluyuran di pasar. Tapi telah menjadi identitas baru sebagai Super Emak yang mengisi dunia selebritas.
Nama beken ibu dua anak ini melejit tidak hanya dikenal di Indonesia tapi juga dikenal sampai ke Singapura dan Malaysia. Sepekan lalu Super Emak blusukan ke beberapa kampung di Surabaya dan pasar rakyat untuk menyapa supporternya yang membuatnya menang dalam kontes itu.
Sejak memenangkan kontes Dangdut Mania, hari-harinya kini sibuk dengan pertunjukan. Sabtu hingga Minggu pekan lalu, ikut mengisi panggung hiburan megah berdampingan dengan musisi, penyanyi dan presenter papan atas. Bahkan dia didapuk menjadi presenter mendampingi presenter Ari K. Untung.
Dari kontes itu memang telah mengantarkan Indrawati menjadi bintang. Bukan hanya job menyanyi di panggung hiburan bahkan ada tawaran main sinetron. Sudah lima sinetron yang dia ikut mainkan yaitu Extra Heboh, Dukun Bokis, Kisah Nyata, Geng Dangdut, dan Cintaku Mentok di Angkot.
Apa sih rahasianya menjadi sukses? “Jangan ragu alias percaya diri. Kalau punya kemampuan, misalnya seperti saya menyanyi, ya itu harus dimatangkan. Suatu saat mungkin akan ada buahnya,” tegas Super Emak.
Kini keluarganya tak lagi tinggal di rumah kontrakan di Simo Gunung Tol Surabaya. Tapi membeli rumah di perumahan Griya Citra. Bahkan dia juga membeli rumah di kawasan Cibubur. “Memang tidak besar seperti yang dibayangkan orang, tapi bisa untuk tempat tinggal sementara. Anakku, Tya (10) dan Iqbal (8) kalau ke Jakarta sudah ada tempatnya. Kalau aku sibuk, mereka tinggal bersama Bulik,” ujarnya.
Keluarga tidak diboyong ke Jakarta? “Belum, biar selesai dulu sekolahnya. Aku nek show sapa sing ngopeni. Kemarin waktu liburan, keduanya saya ajak jalan-jalan. Kebetulan aku juga tidak banyak kerjaan. Untuk wisata itu, saya siapkan uang Rp 5 juta. “Ya wis ra apa-apa, wong hasil jerih payah ini memang untuk mereka. Saya bisa seperti ini juga berkat dorongan mereka,” katanya.
Punya cita-cita sebagai penyanyi? Super Emak mengatakan tidak ada. Namun begitu melihat ajang pencarian bakat di TPI yang pesertanya “orang heboh”, kedua anaknya mendorong. Menang atau tidak yang penting dicoba. Eh, ternyata lolos dan menjadi juara.
Juara itu bukan menjadi cita-citanya. Namun saat itu dia sempat bermimpi naik gunung dan dia sendiri yang sampai ke puncak paling tinggi. Sebelum ikut Dangdut Mania Dadakan, Super Emak sudah terbiasa menyanyi lagu dangdut sambil kerja di dapur. “Jangankan berjualan beras di toko atau di pasar, sambil ngulek sambal pun aku juga terus nyanyi,” katanya.
Saat di Surabaya dan berkunjung ke kampung maupun pasar, kemudian dipeluk atau dicium penggemar bagaimana rasanya? “Kalau dilakukan di hadapan orang banyak tidak masalah. No problem… Wong aku dulu juga orang pasar. Saya ingin menyenangkan mereka,” katanya.
Kalau dilakukan berdua dan di tempat sepi, kata Super Emak, berbahaya. “Apa sampeyan mau tak cium…,” tantang Super Emak pada seorang wartawan yang tanya di acara konferensi pers di Surabaya.
Ketika ditanya apa punya niat mencari pendamping lagi, Super Emak mengatakan tidak. Sepertinya wanita yang lahir di Kedung Pring, Lamongan 23 April (tahunnya dirahasiakan), masih trauma berumah tangga. Dia bercerai dengan suaminya delapan tahun lalu dan hingga kini tidak pernah bertemu lagi. “Sudah, enak begini, tidak ketemu lagi dengan dia,” kata Super Emak sambil menunjukkan bekas luka di dagu, akibat disakiti suaminya.
Super Emak memang heboh. Hampir di setiap pertemuan, dia selalu menjadi pusat perhatian. Selain bicaranya yang lugu dan polos khas orang desa, kadang juga sok menjadi orang kota. Dialognya menggunakan bahasa Inggris tapi tidak pas.
Begitu digelar konferensi pers, Super Emak juga bercerita pengalamannya dari penjual beras hingga menjadi selebritas. “Terima kasih pada teman-teman wartawan yang hadir pada acara ‘konpren kompres’ ini. Semoga tidak bosan-bosannya dengan Super Emak,” jelas dia.
Tentu saja wartawan bingung dengan kata ‘kopren kompres’ itu. Kemudian dijelaskan oleh panitia maksudnya konferensi pers. “Oalaa, Mak, Mak, sampeyan gak maju-maju,” celetuk wartawan.
Langsung saja Super Emak mereaksi celetukan itu. Sambil berdiri, dia berkacak pinggang dengan menunjukkan tubuhnya. “Masak gini kurang maju, mas,” jelas dia memamerkan kesintalan tubuhnya.
(Gimo Hadiwibowo, Surabaya post)
read more “Indrawati Super Emak, Pedagang Beras Jadi Bintang”